“Pemakaian obat steroid harus sesuai dosis dan anjuran dokter. Pasalnya, mengonsumsi obat ini dalam jangka panjang bisa memicu efek samping serius. ”
Halodoc, Jakarta – Steroid atau kortikosteroid adalah obat antiinflamasi yang bisa kamu gunakan untuk mengurangi peradangan dan menekan sistem kekebalan tubuh. Cara kerjanya dengan mengurangi zat pemicu peradangan.
Tak hanya itu, kortikosteroid juga bisa mencegah kerusakan jaringan agar tidak semakin parah. Obat ini sering dokter resepkan untuk mengobati kondisi seperti asma, rhinitis alergi, dan demam.
Meski sering dokter resepkan untuk mengatasi berbagai kondisi, pemakaian steroid tidak boleh sembarangan. Konsuminya hanya benar-benar saat dibutuhkan dan harus sesuai dosis.
Pemakaian steroid jangka panjang pun tidak dokter anjurkan. Jika harus pun, pemakaiannya harus di bawah pengawasan dokter secara ketat. Nah, berikut efek samping pemakaian steroid jangka panjang yang perlu kamu waspadai:
Penambahan berat badan adalah efek samping steroid jangka panjang yang paling sering orang keluhkan. Dalam sebuah penelitian di American College of Rheumatology, mayoritas orang orang yang memakai kortikosteroid selama minimal dua bulan, 70 persen di antaranya melaporkan penambahan berat badan sebagai efek samping. Sebab, steroid bisa menyebabkan kondisi berikut:
Penggunaan steroid jangka panjang meningkatkan risiko pengeroposan tulang alias osteoporosis. Pada gilirannya, kondisi tersebut berpotensi menyebabkan patah tulang. Risiko ini lebih rentan menimpa lansia yang mengonsumsi steroid dalam dosis tinggi. Oleh sebab itu, sebaiknya lakukan pengukuran kepadatan mineral tulang apabila:
Steroid mengurangi peradangan dengan cara meredam sistem kekebalan tubuh. Nah, hal ini dapat membuat kamu lebih rentan terhadap infeksi. Risiko tersebut bisa terjadi akibat pemakaian steroid dosis tinggi maupun penggunaan jangka panjang (lebih dari 1 tahun).
Steroid oral dan tetes keduanya dapat menyebabkan katarak dan glaukoma jika kamu gunakan jangka panjang, yaitu sekitar satu tahun. Tanda-tanda awal kondisi ini dapat dimulai dalam 3-6 minggu penggunaan.
Pemakaian steroid jangka panjang juga berkaitaan dengan tekanan darah tinggi. Penelitian lebih lanjut masih para ahli perlukan tentang bagaimana penggunaan steroid jangka panjang mempengaruhi risiko penyakit jantung.
Menurut studi yang di Annals of Internal Medicine, peningkatan risiko penyakit jantung tampaknya tergantung pada jumlah dosisnya. Semakin lama dan semakin tinggi dosisnya, maka risiko hipertensi dan penyakit jantung semakin tinggi.
Gula darah dapat meningkat dalam beberapa jam setelah mengonsumsi steroid. Efek samping ini kemungkinan berkaitan dengan dosis. Supaya lebih waspada, baca artikel berikut untuk mengenali tanda-tanda naiknya gula darah Awas, Ini 7 Ciri-Ciri Gula Darah Tinggi pada Tubuh.
Pemakaian steroid jangka panjang juga bisa menyebabkan tukak lambung. Risiko ini rentan lebih rentan menimpa mereka yang mengonsumsi steroid oral dan obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID).
Steroid dapat memengaruhi tidur dengan mengubah kadar melatonin. Efek ini bahkan timbul saat mengonsumsi dosis tunggal pada malam hari. Kortikosteroid juga dapat menyebabkan perubahan suasana hati.
Satu studi kecil yang dipublikasikan dalam Psychoneuroendocrinology, pemakaian dosis tinggi bisa menyebabkan masalah suasana hati setelah satu minggu pemakaian. Studi lain menemukan bahwa penggunaan steroid jangka panjang selama satu tahun tampaknya meningkatkan risiko masalah ingatan, terutama pada lansia.
Tubuh dapat menurunkan produksi kortisol saat mengonsumsi kortikosteroid jangka panjang. Artinya, jika tiba-tiba menghentikan steroid, kemungkinan kamu bisa merasa sakit karena kekurangan hormon adrenal.
Potensinya meningkat apabila mengonsumsi kortikosteroid setidaknya selama tiga minggu dalam dosis sedang hingga tinggi. Untuk mengetahui lebih lanjut soal fungsi hormon adrenal, kamu bisa membaca artikel berikut ini Penting untuk Metabolisme, Ini Fungsi Kelenjar Adrenal dalam Tubuh.
Beberapa orang menggunakannya untuk mempercepat proses pembentukan otot. Steroid sintetis memang memiliki cara kerja yang hampir mirip dengan testosteron atau hormon seks pria.
Akan tetapi, pemakaian steroid untuk mempercepat pembentukan otot merupakan bentuk penyalahgunaan dan termasuk dalam tindakan ilegal. Pasalnya, konsumsinya bisa 10 kali lebih besar dari dosis medis untuk menambah massa otot.
Steroid adalah golongan obat kuat yang dapat berpotensi menyebabkan ketidakseimbangan hormon dalam tubuh. Berikut dampak yang bisa terjadi:
Dampak pemakaian steroid pada pria, meliputi:
Sementara pada remaja laki-laki, efeknya bisa berdampak pada terhambatnya pertumbuhan tulang. Akhirnya, mereka cenderung memiliki tubuh yang pendek dan tidak sama seperti anak seusianya.
Tak hanya pria, wanita juga bisa mengalami dampak akibat mengonsumsi steroid dalam jangka panjang. Adapun risikonya, meliputi:
Pada remaja perempuan, penggunaan steroid jangka panjang bisa menimbulkan maskulinisasi atau sifat kelaki-lakian. Kondisi ini dikenal dengan istilah ’tomboy’. Tak hanya berdampak pada fisik, perempuan tomboy juga cenderung menyukai aktivitas yang laki-laki lakukan.
Untuk meminimalkan efek samping steroid, lakukan tips berikut ini:
Jika mengonsumsi steroid dengan tujuan mempercepat proses pembentukan otot, sebaiknya gunakan cara lain yang lebih alami. Misalnya, mengatur pola olahraga dan memperbanyak asupan protein dari makanan.
https://www.halodoc.com/artikel/efek-samping-penggunaan-steroid-jangka-panjang